Rabu, 12 Desember 2012

PERSEPSI VISUAL (PENGLIHATAN)


Dalam psikologi, persepsi visual dimengerti sebagai kemampuan untuk menterjemahkan apa yang dilihat oleh mata, yaitu jatuhnya cahaya masuk ke retina mata. Hasil dari persepsi tersebut dikenal dengan istilah: penglihatan (eyesight/sight/vision). Beragam komponen psikologis yang melibatkan penglihatan itulah yang secara keseluruhan disebut sebagai sistem visual.
Sistem visual pada manusia memungkinkan seseorang menyerap informasi dari lingkungannya. Saat seseorang melihat adalah ketika lensa mata terfokus pada suatu obyek yang tertangkap oleh bagian belakang mata yang disebut sebagai retina. Retina ini sebenarnya adalah bagian dari otak yang terpisah dan berfungsi meneruskan sinyal-sinyal cahaya menjadi sinyal-sinyal syaraf. Sinyal-sinyal ini diproses secara berurutan oleh otak, mulai dari retina menuju syaraf-syaraf primer dan sekunder dari otak.

Penelitian Awal Persepsi Visual
Studi dari masa Yunani Kuno yang melakukan mengenai bagaimana penglihatan mengemban tugasnya di dalam tubuh, yaitu teori emisi (emission theory atau extramission theory), yang mengatakan bahwa penglihatan terjadi karena ketika cahaya memancar dari mata dan dihadang oleh obyek visual. Jika kita melihat sebuah obyek secara langsung berdasarkan cahaya yang muncul dari mata dan jatuh kembali pada obyek. Teori ini dimunculkan oleh Euclid dan Ptolemy beserta pengikutnya.
Namun teori ini digantikan oleh teori intromission yang mengatakan bahwa penglihatan terjadi karena sesuatu masuk ke dalam mata sebagai perwujudan obyek tersebut. Namun dalam teori ini cahaya tidak berperan sedikitpun. Teori ini dilontarkan oleh Aristoteles, Galen dan para pengikutnya.
Kemudian Ibn al-Haytham (dikenal juga sebagai Alhacen atau Alhazen), atau sering disebut sebagai Bapak Optis, yang pertama-tama menengahi kedua teori tersebut melalui bukunya Book of Optics (dalam bahasa Arab Kitab al-Manazir atau Latin – Opticae Thesaurus) ditulis pada tahun 1021. Sebuah buku yang berisi penjelasan-penjelasan awal mengenai psikologi persepsi visual dan ilusi optis.
Dia berpendapat bahwa penglihatan adalah hasil dari pantulan cahaya yang memantul dari obyek-obyek yang ada. Dia pula yang melakukan penelitian ilmiah mengenai psikologi persepsi visual, sebagai ilmuwan pertama yang berpendapat bahwa penglihatan lebih utama terjadi di dalam otak dibandingkan pada mata. Dia menunjuk bahwa pengalaman seseorang mempunyai akibat pada apa yang mereka lihat dan bagaimana mereka melihat. Dikatakan pula bahwa penglihatan dan persepsi adalah bersifat subyektif. Dijelaskannya bahwa terdapat kemungkinan terjadi kesalahan dalam detail penglihatan, dan sebagai contohnya adalah bagaimana seorang anak kecil dengan sedikit pengalaman mengalami kesulitan untuk memahami apa yang dia lihat. Bagi seorang anak kecil, seburuk apapun wajah ibunya baginya tidak menjadi masalah selama si anak ini tidak diberi pengertian mengenai definisi kecantikan seperti yang dipahami oleh orang dewasa. Ibn al-Haytham juga memberikan sebuah contoh bahwa orang dewasa sekalipun dapat melakukan kesalahan dalam penglihatannya karena pengalaman orang tersebut mengesankan bahwa dia melihat sesuatu hal ketika dia melihat satu hal yang berbeda lainnya. Hal ini seperti sebuah pepatah bahwa: keindahan itu terletak pada mata mereka yang melihatnya. Sebuah bunga yang indah dapat menarik perhatian bagi seseorang, namun bisa jadi tidak menarik bagi orang yang lain.

Ada beberapa kesimpulan mengenai pengertian persepsi yaitu :
1.     Persepsi (Perception) tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu; daya memahami/menanggapi sesuatu; serapan; proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya
2.    Proses memahami dan menginterpretasikan informasi sensoris (berh.dgn.pancaindra), atau kemampuan intelek untuk menyarikan makna dari data yang diterima oleh berbagai indra (Lerner, 1988:282)
3.    Untuk memahami proses persepsi terlebih dahulu harus dipahami apa yang disebut dengan pengindraan.

Perkembangan persepsi visual :
1.    Dunia visual bayi yang baru lahir (0-2 tahun)
Persepsi visual merupakan kemampuan yang dibutuhkan untuk belajar akademik. Selama 12 tahun pertama kehidupan anak, 80 persen informasi didapatkan melalui penglihatan. Penglihatan dan pendengaran merupakan salah satu indikatior untuk mengenali kelainan anak pada usia balita Perkembangan Pengamatan Bayi baru lahir bidang penglihatannya hanya kira-kira setengah dari dewasa. Penglihatan warna sama sekali tidak ada atau sangat minimal karena sel krucut mata belum berkembang. Karena kelemahan otot bayi tidak dapat memusatkan kedua mata pada obyek yang sama secara bersama-sama dan akibatnya semua terlihat kabur. Memelihara dari cahaya terang dan memberikan penglihatan yang baik dalam cahaya lampu yang redup. Reaksi mata terhadap rangkaian benda-benda bergerak dimulai kira-kira 12 jam setelah lahir, gerakan mata mencari antara 3 – 4 minggu, gerak mata horizontal bulan ke 2/3, gerak mata vertikal bulan 3/4, dan gerak mata berputar beberapa bulan kemudian.
Pada anak-anak, proses belajar melihat yang terpenting ada pada saat anak berusia 0-2 tahun. Pada usia ini perkembangan anak berada pada tahap perkembangan sensorik dan motorik. Karenanya mata anak harus sempurna, terang, semua cahaya diterima oleh retina lalu dijabarkan dan direspons kembali oleh otak, agar terbaca apa yang dilihat. Jika cahaya yang ditangkap remang-remang, maka pertumbuhan retina terhambat dan otak tidak bisa merespon karena tidak ada informasi yang masuk.
. Persepsi bayi yang baru lahir lebih maju dari yang kita pikirkan sebelumnya. Pemahaman visual berdasarkan Penelitian Fantz – yang memperlihtkan bahwa bayi lebih senang pada pola bergaris daripada potongan benda/piringan berwarna cerah – memperlihatkan bahwa bayi yang baru lahir memiliki pemahaman visual.
Bayi mulai bisa mengenali wajah manusia. Wajah ialah suatu pola visual yang penting bagi bayi yang baru lahir. Bayi secara berangsur-angsur menguasai suatu urutan langkah dalam mempersepsi wajah manusia. Terutama wajah ibu atau orang terekat dengannya.
Jadi alat permainan atau sumber belajar yang dapat di berikan pada anak usia 0 -2 tahun adalah :
a.    Gambar dengan pola bergaris dan berwarna-warni
b.    Giring-giring yang digantungkan di atas tempat tidur, untuk menstimulasi penglihatan anak.
c.    Berbagai alat makan dan peralatan hidup bahkan boneka yang berwarna yang mengandung banyak warna dan pola         
Contoh peralatan makan dan permainan yang berwarna-warni
d.    Permainan puzzle dua keeping
Contoh salah permainan yang dapat mengembangkan persepsi visual, motorik halus dan kognitif anak

2.    Persepsi penglihatan anak usia 3-4 tahun
Pada usia ini perkembangan visual anak sudah lebih matang daripada usia sebelumnya, pada usia ini sumber belajar yang dapat digunakan adalah :
a.    Papan Pasak (pegboard design) yaitu anak membuat pola-pola geometrik berwarna diatas papan dengan pasak-pasak berwarna. Selain mengembangkan kemampuan visual permainan ini juga dapat mengambangkan motorik halus anak saat membuat pola-pola
b.    Papan Bentuk (block design) yaitu anak memasang bentuk-bentuk geometrik diatas  papan bentuk atau menyalin bentuk-bentuk tsb diatas kertas.
c.    Menemukan gambar-gambar bentuk yang sama yaitu anak diminta menemukan bentuk-bentuk yang sama, misalnya menemukan semua  gambar yang berbentuk bulat, segi tiga, dan sebagainya.
d.    Puzzle   yaitu bermain puzzle berbentuk orang, binatang,  bentuk geometri, angka huruf   dll. Perbedaannya dengan puzzle usia sebelumnya adalah jumlah
3.    Persepsi penglihatan anak usia 4-6 tahun
Pada usia ini persepsi penglihatan anak sudah sangat baik. Ia mulai dapat melihat makna dibalik apa yang dilihatnya. Sumber belajar yang dapat digunakan adalah :
a.    Papan Pasak (pegboard design) yaitu anak membuat pola-pola geometrik berwarna diatas papan dengan pasak-pasak berwarna
b.    Papan Bentuk (block design) yaitu anak memasang bentuk-bentuk geometrik diatas  papan bentuk atau menyalin bentuk-bentuk tsb diatas kertas.
c.    Menemukan gambar-gambar bentuk yang sama yaitu anak diminta menemukan bentuk-bentuk yang sama, misalnya menemukan semua  gambar yang berbentuk bulat, segi tiga, dan sebagainya.
d.    Puzzle   yaitu bermain puzzle berbentuk orang, binatang,  bentuk geometri, angka huruf   dll.
e.    Klasifikasi   yaitu berikan pada anak bentuk geometri dalam berbagai ukuran dan warna, kemudian anak diminta mengklasifikasikan bentuk-bentuk tersebut  menurut ukuran atau warna.
f.    Domino, dimana anak diminta memasangkan bentu-bentuk yang sama  atau titik yang sama.
g.    Permainan Kartu, anak diminta memasangkan  berdasarkan pasangan gambar, angka dan jumlah.
h.    Huruf dan Angka , anak diminta memasangkan, mengelompokkan, atau mewarnai bentuk angka atau huruf.
i.    Menemukan bagian yang hilang, gunakan gambar dari majalah dan potongan bagian-bagian fungsional dari gambar-gambar tersebut dan anak diminta mengisi bagian gambar yang hilang tersebut.
j.    Persepsi visual kata-kata, ajak anak memilih, mengelompokkan, atau mewarnai kata-kata tertulis.





1 komentar: